Rabu, 03 Desember 2014

KH. Sirajudin Abbas

13728625322074314109

Suatu ketika  saya membaca status teman Fb @Thoar . . . . namanya, ia menulis dalam statusnya :  “ Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, karya K.H. Hasyim Asy’ari, dan I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, karya K.H. Sirajuddin Abbas, merupakan kitab-kitab yang sebenarnya harus - ‘wajib’ ;) - diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, setidaknya ke dalam bahasa Inggris. Supaya ada pemahaman yg jelas tentang Sunni, dibandingkan dengan ajaran-ajaran lain ”
Membaca status ini  menggatkan saya kembali, ketika saya masih duduk di bangku aliyah Ponpes Madrasah Ulumul Qur’an Langsa, ketika itu disaat – saat  senggang ayah saya Sulaiman Ismail,  sering meyuruh saya untuk  baca salah satu bukunya yang sudah lumayan lusuh dan usang, saya masih ingat, 4 jilid bukunya  letaknya di Rak ke Dua di lemari Kamar beliau.  Buku itu adalah 40 masalah agama  salah satu karya KH. Sirajudin Abbas . buku itu sedikit banyak membuka cakrawala pemikiran saya dan memberi jawaban mengenai beberapa masalah – masalah agama seperti  Bolehkan melafazkan takbir dengan Bahasa selain arab, Hukum Do’a Qunut ketika solat subuh, dan masih banyak lagi. Yang jelas buku ini sedikit banyak telah membantu membuka wawasan keagamaan saya yg juga belum seberapa.  timbul pertanyaan, Siapakah KH. Sirajudin Abbas??? saya sendiri belum begitu mengenal sosok beliau, tapi dari balik cover buku sepertinya beliau intelektual sejati yang berwawasan luas, terlihat dari banyaknya lawatan yang telah beliau lakukan dalam maupun luar negeri.  Di salah satu rubrik Kompasiana yang ditulis oleh  Abdul Azim saya mendapatkan info banyak tentang beliau, bahwa  Beliau adalah Salah satu tokoh dan ulama tenar dari pulau Sumatra tepatnya Sumatera Barat yang ibukotanya Padang. KH. Sirajudin Abbas  biasa dipanggil Abuya. Abuya sendiri  merupakan panggilan khas ulama-ulama Sumatra. Beliau menulis buku 4 jilid seputar masalah-masalah fikih yang berkembang di masyarakat Indonesia, dengan madhab Al-Syafii. Syeh Sirajudin Abbas lahir di kampung (desa) Bengkawas, Kabupaten Agam Bukit Tinggi, Sumatera Barat, pada bulan Mei 1905 Masihi dari keturunan Syeikh ‘Abbas bin ‘Abdi Wahab bin ‘Abdul Hakim Ladanglawas (ayah), dan Ramalat binti Jai Bengkawas (ibu), kecamatan Banuhampu Sungai Puar Kabupaten Agam, Bukit Tinggi Sumatera Barat.  Beliau adalah salah satu diantara  sederatan ulama Sumatra yang hebat yang mengharumkan Indonesia, seperti  Syeh Muhamamd Yasin al-Fadani, Sayed Muhsin Al-Masawi Al-Falambani, (Pendiri Madrasah Daru Ulum al-Diniyah), Syeh Abdul Kadir al-Madili (Mandailing), Syeh Abdul  Rauf As Singili  (Aceh). Mereka tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi dunia islam pada umumnya.
Tapi yang akan saya tulis dan jelaskan ialah Syeh Sirajudin Abbas yang terkenal dengan karya-karya ilmiahnya. Sudah menjadi trasidi di kalangan ulama dan intelektual muslim,  bahwa membaca dan mempelajari al-Qur’an itu di awali sejak usia dini. Ibnu sina, al-Ghozali, Ibnu Hazm, Ibnu Rusdi, Ibnu Kholdun, telah mengawali karier intelektualnya dengan menghafal al-Qur’an. Ini juga di lakukan oleh Syeh Sirajudi Abbas, sejak kecil sudah belajar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an. Luar biasa, pertama kali yang mengajarkan ilmu baca dan tulis al-Qur’an ialah ibu sendiri. Sangat beruntung dijaman ini memiliki ibu yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan mau mengajari putra-putrinya.
Kewajiban orang tua memang memberikan pendidikan yang cukup dan layak kepada putra-putrinya. Jika tidak mampu, harus mencarikan lembaga pendidikan yang baik dan layak, agar pertumbuhan intelektualnya terus bekermbang dengan lancar. Syeh Sirajudin Abbas melanjutkan pelajaran agama, seperti kitab-kitab klasik berbahsa Arab kepada Ayahandanya ‘’Syeh Abbas’’ sendiri. Selanjutnya, beliau belajar dilembaga pendidikan pesantren yang di asuh oleh Syeh H. Husein Pekan Senayan Kabupaten Agam, Tuanku Imran Limbukan Payakumbuh Limapuluh Kota, Syeh Mhd. Zein dan Syeikh H. Qasim Simabur Batusangkar Tanah Datar, dan Syeh H. ‘Abd. Malik Ladanglawas Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Tahun 1927 s/d 1933 bermukim di Makkah Al-Mukarramah dan medalami ilmu agama di kota suci Makkah dan Madinah. Ulama asal Indonesia (nusantara) memiliki jaringan yang sangat kuat, hampir semua ulama asal nusantara mengajar di Masjidilharam dan sekaligus menjadi Imam. Santri-santri asal Sumatra banyak yang belajar kepada Syeh Muhammad Yasin al-Fadani al-Syafii, Syeh Nawawi al-Bantani, Syeh Abdul Kadir al-Madili, Syeh Arsad al-Banjari. Termasuk Syeh Sirajudin Abbas memiliki ikatan khusus dengan ulama-ulama Indonesia yang mengajar di Masjidilharam dan halakah-halakah di Makkah. Sedangkan beberapa ulama al-Makki (Makkah) antara lain:
1- Syeh Said Yamani Al-Syafii.
2- Syeh Husen Al-Hanafi.
3- Syeh ‘Ali Al-Maliki.
4- Syeh ‘Umar Hamdan Al-Maliki.
Yang mengagumkan dari Syeh Sirajudin Abbas ialah, beliau tidak hanya pandai memberikan ceramah, tetapi memiliki ketrampilan mengolah kata melalui jari jemarinya. Puluhan karya ilmiyah beliu tulis, baik menggunakan bahasa Arab, Indonesia, Inggris. Beberapa karya beliau yang berbahasa Arab antara lain:
1- Sirajul Munir, (fikih) 2jilid.
2- Bidayatul Balaghah (Bayan).
3- Khulasah Tarikh Islami (Sejarah Islam)
4- Ilmul Insya’, 1 jilid.
5- Sirajul Bayan fi Fihrasati Ayatil Quran, 1 jilid.
6- Ilmun Nafs, 1 jilid.
Dalam bahasa Indonesia, huruf Latin:1-
1- I’itiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
2- 40 Masalah Agama, jilid I, II, III, dan IV.
3- Sejarah & Keagungan Mazhab Syafi’i.
4- Thabaqatus Syafi’iyah (Ulama’ Syafi’i dan kitab-kitabnya
dari abad ke abad).
5- Kitab Fikih Ringkas.
6- Sorotan atas terjemahan Quran oleh HB. Jassin.
7- Kumpulan Soal-Jawab Keagamaan
Beliau  menghembuskan napas terkahirnya di usia 75 tahun pada tanggal 5 Agustus 1980 setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo akibat serangan jantung yang ia derita. Saat pemakaman tampak perhatian warga Tarbiyah yang begitu besar. Jasadnya dimakamkan dipemakman Tanah Kusir Jakarta Selatan, yang dihadiri wakil presiden Republik Indonesia Adam Malik. Ia meninggalkan seorang istri dan dua anak; Sofyan (almarhum) dan Fuadi.
Selain sebagi kutua umum Tarbiyah ia juga mendirikan organisasi politik ”Liga Muslim Indonesia” bersama dengan K.H. Wahid Hasyim.
Yang perlu digaris bawahi ialah, kemampuan beliau di dalam berkarya sangat luar biasa ditenggah-tenggah kekurangan alat-alat bantu. Jadi, tidak berlebihan kiranya jika Departemen pendidikan dan Budaya memberikan kewajiban kepada setiap calon lulusan s1-s3 untuk menulis karya ilmiyah. Apalagi semua alat bantu seperti; computer, note book, internet, perpuastakaan, jurnal sangat mudah di dapat. Sangat aneh, jika seorang mahasiswa, apalagi dosennya tidak memiliki karya ilmiyah. Sebuah pernyataan mulia yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw:’’ sebaik-baik manusia ialah orang yang bisa memberikan manfaat bagi manusia’’. Dalam hal ini, Syeh Sirajudin Abbas telah mengukir sejarah, hidupnya benar-benar bermanfaat, semua karya ilmiyahnya bermanfaat dan akan menjadi bekal abadi perjalanan beliau menghadap Allah Swt dan terakhir moga kita bisa meniru jejak beliau dalam berkarya.Wassalammm….

Ihsan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar