Sabtu, 27 Desember 2014

Jenderal Terhebat Itu Bernama Muhammad SAW (5)

5. Memuji Kehebatan Musuh


Ada cerita tentang seorang pahlawan perang yang oleh sejarah diukir dengan tinta emas. Nama pahlawan itu Khalid Bin Walid. Julukan beliau adalah Pedang Allah (Syaifullah). Kepiawaiannya dalam berpedang menggetarkan semua musuh, sampai seorang jenderal Romawi menyangka bahwa Tuhan secara khusus telah memberikan pedang kepada Khalid bin Walid untuk menumpas semua musuh-musuhnya. Beliau adalah keturunan bangsawan Quraisy dari wangsa Al Makhzumi. Ayahnya bernama Walid bin Mughirah, merupakan pemimpin tertinggi di Mekkah saat Muhammad diutus Allah SWT menjadi Nabi terakhir.
Khalid bin Walid lelaki yang perawakannya tinggi besar, ahli dalam menunggang kuda dan sangat mahir dalam berpedang. Dia juga sosok yang sangat cerdas dan memiliki visi cemerlang dalam taktik dan strategi peperangan. Saat Nabi hijrah ke Madinah, Khalid masih dalam keadaan kafir dan dengan sungguh-sungguh memerangi Islam. Di Perang Uhud, visi berperang dari Khalid bin Walid terlihat jelas. Ketika ia melihat pasukan pemanah sudah turun dari bukit untuk mengambil harta rampasan perang karena pasukan musyrikin telah kocar-kacir dan lari dari peperangan. Kejadian yang hanya terjadi beberapa saat itu dijadikan momentum utama bagi Khalid untuk menyerang balik pasukan muslimin yang menyangka sudah menang. Walaupun pasukan Islam tidak mengalami kekalahan mutlak, tapi banyak sekali sahabat-sahabat nabi yang syahid dalam perang Uhud.
Kecerdasan Khalid dalam menganalisa situasi sudah lama ia rasakan. Ia merasa selama ini berperang di pihak yang salah. Namun, karena fanatisme kesukuannya yang begitu melekat, ia tetap membela bangsa Quraisy. Sampai ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah yang isinya sebenarnya sangat merugikan dan menghina pihak Islam. Salah satu isi perjanjian itu adalah bahwa Nabi dan para sahabatnya tidak boleh memasuki tanah suci Makkah untuk berumrah di tahun ini, dan hanya diperkenankan untuk melakukannya di tahun depan.
Di tahun depannya, Nabi beserta rombongan datang ke Mekkah menunaikan umrah sesuai perjanjian. Khalid bin Walid memutuskan untuk pergi jauh dari kota Mekkah. Saat perjalanan umrohnya, Nabi SAW  menikah dengan Maimunah binti Harits, bibi dari Khalid bin Walid. Ini menunjukkan bahwa Nabi ingin membuka hubungan baik dengan keluarga Khalid. Setelah menikah dengan Maimunah, sulit bagi Khalid untuk memerangi langsung Nabi yang kini sudah menjadi kerabatnya itu.
Di saat menjelang pulang dari ibadah umrahnya, Nabi SAW menanyakan di mana keberadaan Khalid bin Walid. Kepada orang-orang Mekkah, Nabi SAW menyatakan kekagumannya secara pribadi pada sosok Khalid bin Walid. Menurut Nabi, Khalid sangat mahir dalam menggunakan pedang. Sebuah pujian yang memang tidak dibuat-buat karena kenyataannya seperti itu.
Mendengar pujian dari Nabi , Khalid bin Walid pun terkesima. Ia menjadi yakin bahwa orang yang ia hadapi bukanlah sembarang manusia. Nabi memuji kehebatan dirinya, seorang musuh besar yang sudah banyak membunuh kaum muslimin. Khalid bin Walid akhirnya mendapatkan hidayah Allah SWT dan tanpa menghiraukan musyrikin Mekkah, ia menuju Madinah untuk menyatakan keislamannya kepada Nabi SAW. Di tengah perjalanan, Khalid bertemu dengan Amr bin Ash dan Utsman bin Thalhah yang ternyata punya tujuan yang sama. Mendengar kabar itu, Nabi berkata, “Kota Mekkah telah mengirimkan mustika-mustikanya kepada kita.”

Pande

Tidak ada komentar:

Posting Komentar