Jumat, 26 Desember 2014

Sejarah Indonesia, Pelajaran Kebangsaan Antikolonial yang Tidak Jujur


Bacalah baik-baik buku-buku sejarah yang dikeluarkan oleh bangsa kita yang sudah merdeka68 tahun. Anda akan terus dibawa pada pelajaran anti kolonial, yang maksudnya menarik rakyat Indonesia tidak memihak pada Belanda.
Saya adalah produk jaman Sukarno yang saat itu pelajaran bahasa Belanda sudah dilarang dipelajarkan di sekolah. Karena itu bacaan yang saya baca ya yang anti kolonial.
Namun semakin dewasa saya, dan semakin saya jauh harus belajar sejarah yang ditulis oleh bangsa-bangsa lain, apalagi yang harus menggunakan data akurat, faktual, jujur, dan netral, maka kembali menelusuri sejarah yang disajikan oleh bangsa kita, saya menjadi tercengang, dan hanya bisa geleng-geleng kepala.
Banyak sekali fakta-fakta sejarah sudah diplintir, dibalik, secara tidak jujur, kalau boleh dibilang sangat licik, penuh dengan opini untuk membangun pikiran agar pembaca menjadi anti kolonial. Saya bukan memihak dan mempunyai perfektif kolonial, tetapi saya hanya menuntut suatu kejujuran sejarah. Karena sejarah yang dipelajarkan di sekolah adalah sebuah sains, bukan pelajaran ilmu kebangsaan ataupun kewarganegaraan. Sebuah sains yang menuntut data akurat, faktual, jujur, netral, dan jika dibaca oleh bangsa lain akan menghasilkan kesimpulan yang sama.
Saya melihat buku-buku sejarah kita sudah membuat anak-anak kita dididik menjadi bertambah bodoh, kesasar di dalam tempurungnya.
Sebagai contoh salah dan terus menerus dikutip dimana-mana tidak diperbaiki adalah:
- “Indonesia sudah dijajah 350 tahun oleh pemerintah Hindia Belanda”. Padahal Pemerintah Hindia Belanda baru dibentuk tahun tahun 1814 dan diterapkan tahun 1816. Sebelumnya bangsa Belanda yang datang adalah VOC yang melakukan perdagangan. Pe
nyajian ini sangat berlebihan dengan maksud agar kelihatan penjajahan lebih parah.
- Daendels adalah gubernur jenderal pemerintah Hindia Belanda. Jelas sajian sejarah ini sangat salah, sebab Daendels berada di bawah pemerintahan Napoleon Bonaparte (Perancis) karena saat itu Belanda sedang dijajah oleh Perancis, disatukan dengan Belgia, dinamakan De Bataafsche Republiek. Daendels ditugaskan oleh Napoleon untuk menjaga nusantara agar tidak diambil oleh Inggris yang menjalankan permintaan Stadhouder (Raja) Belanda yang tengah dalam pelariannya ke Inggris. Tentang De Bataafsche Republiek tidak pernah disebut-sebut.
- Saat Daendels memerintah dan membuat jalan raya pos dari Anyer ke Panarukan, disebut sebagai kerja rodi tidak dibayar (padahal memang dibayar), dan banyak korban dibunuh jika tidak mau bekerja (bahkan penyajian dalam blog2 bebas sering dibumbui kepalanya digantung di pohon-pohon atau ditancap di tonggak tonggak di pinggir jalan). Dalam sejarah kita tidak pernah dijelaskan, bahwa pembuatan jalan raya pos itu harus melakukan pembukaan hutan dan rawa-rawa yang banyak malaria. Dan pada tahun pembukaan jalan itu tengah ada bencana peledakan penyakit kolera. Sehingga banyak pekerja yang tewas.
- Di tahun akhir 1700-an dan awal 1800-an sering disebut-sebut bahwa karena tindakan serakah dan sewenang-wenang para kumpeni (VOC) menyebabkan bangsa kita menjadi miskin. Padahal tahun itu Eropa sedang berperang setelah gelombang revolusi sosial yang melanda banyak negara. Negara-negara di Eropa mengalami krisis, dan VOC hancur karena kapalnya digunakan untuk berperang melawan Inggris, setelah kalah melawan Perancis. Krisis ekonomi di Eropa juga melanda belahan Asia karena macetnya arusperdagangan, tidak ada lagi kapal VOC yang mengangkut hasil bumi dari nusantara.
Itu baru sedikit contoh. Masih banyak contoh yang lain.
Jika pelajaran sejarah kita masih diwarnai dengan semangat anti kolonial yang tidak pernah diperbaharui dengan landasan sejarah sebagai sains, mungkin yang akan datang ilmu sejarah kita juga akan disusubi dengan teori-teori konspirasi yang sudah marak seperti teori-teori konspirasi karya Harun Yahya.
Julia Van maria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar