Jumat, 26 Desember 2014

Rumah Sakit BPM (Batavia Petroleum Maatschappij)

Beberapa hari yang telah lewat saya lagi membaca skripsi dengan judul ‘perlawanan rakyat sanga-sanga kabupaten kutai kerta negara terhadap Belanda th 1947′ pada akhirnya sampai pada lampiran, semua tidak ada satupun lembar demi lembar luput dari perhatikan, mulai dari photo-photo peningglan penjajah Belanda yang masih berdiri kokoh hingga sekarang bahkan masih berada dan berdiri dengan angkuhnya di tempat alam terbuka belum dipindahkan ke museum, misalnya alat ekploitasi minyak yang terbuat dari kayu ulin yang sampai sekarang masih kokoh berdiri,dan juga bangunan ‘klinik’, huft klinik menurut kamus Bahasa Indonesia artinya adalah : bagian) rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan thd kasus penyakit yg diderita para pasien; untuk apa Pemerintah Belanda / penjajah membangun klinik? Nah menurut nara sumber Paiman Yang lahir pada tanggal : 10 Nopember 1929 pelaku sejarah yang sekarang menjabat Wakil Ketua Ranting LVRI Kecamatan Sanga Sanga, Bangunan Rumah Sakit / klinik yang didirikan oleh perusahaan BPM(Batavia Petroleum Maatschappij) pengolah minyak mentah menjadi minyak siap pakai, seperti oli, bensin dan minyak untuk menyuplai bahan bakar tenaga listrik dan untuk mengoperasionalkan mesin air yang berada di pinggir sungai sanga-sanga yang berlokasi di Kelurahan Sari Jaya1905 –1942.sampai saat ini terlihat masih terawat. Hal ini karena penggunaannya diteruskan oleh perusahaan yang menggantikan BPM seperti Permina, Tesoro dan PT Medco. Bangunannya menggunakan konstruksi kayu dan atapnya sekarang telah menggunakan seng. Rumah sakit / klinik ini berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada para pekerja dan masyarakat umum yang ada di Sanga-Sanga.wah wah Ternyata dulu di jaman Pemerintah Belanda berkuasa, banyak infrastruktur yang dibangun. Pembangunannya tidak asal-asalan dan kualitas bangunannya sampai berabad-abad kemudian – bahkan sampai hari ini – masih bisa digunakan dengan baik ( Baca : Ternyata masih enak di jajah Belanda,ira Oemar ).
Saya teringat kembali pemberitaan TEMPO.CO , Jakarta-Kematian warga setelah ditolak pihak rumah sakit kembali terjadi. Kali ini, menimpa Ana Mudrika, 15 tahun, yang meregang nyawa setelah rumah sakit sempat menolaknya. “Alasannya semuanya penuh tidak ada ruang ICU yang kosong,”, Sabtu, 9 Maret 2013.atau masih oleh media pemberitaan yakni BAYI tak berdosa kembali menjadi korban regulasi rumah sakit yang njelimet. Setelah kasus Dera Nur Anggraini yang meninggal dunia karena dipingpong 10 rumah sakit, kali ini kejadian hampir serupa menimpa Zara Naven. Bayi mungil berusia 3,5 bulan ini meninggal dunia karena saldo Jamkesda-nya tak cukup saldo untuk operasi jantung.nah lo sekarang pada mikir ‘mau lagi di jajah Belanda hehehehh, becanda, ditambah lagi jika mengutip tulisanya Kanda Nor pikriadi ‘Tumenggung Jalil dan pemberontakan Banua Lima Dalam Sejarah Banjar’ . . . . .pada tahun 1854 sebanyak 150 orang kepala keluarga dari penduduk Amuntai menemui Residen van derv en di Banjarmasin melalui pemimpin mereka jalil memohon agar mereka diijinkan pindah ke wilayah kekuasaan Belanda….karena pihak kerajaan menaikan pajak dua kali lipat, (tidak jauh berbeda dengan jaman sekarang kalau dulu MENDERITA sekarang SANGAT MENDERITA ) Hee kalo dari sabang sampae merauke pengen tinggal diwilayah Belanda kemungkinan INDONESIA itu Cuma meliputi wilayah ISTANA saja,sekarang tinggal pilih mau berobat kemana??

Wassalam,

Jim B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar