Rabu, 17 Desember 2014

Persiapan Menuju Ramadhan

PawaiTarhib Ramadhan
PawaiTarhib Ramadhan
Erdy Nasrul

Sya’ban momentum tepat evaluasi diri.

Suatu hari, Aisyah ra memperhatikan suaminya, Rasulullah saw, tenggelam dalam sujudnya. “Aku menyangka bahwa Rasulullah saw telah diambil,” kata Aisyah di hadis riwayat Baihaqi dari Ala’ bin Harits.

Rasulullah bertanya, “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?” “Rasulullah yang lebih tahu,” jawab Aisyah. Kemudian, Nabi Muhammad saw berkata, “Malam ini adalah malam pertengahan Sya’ban.''

Rasulullah saw melanjutkan, ''Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih saying, dan menyingkirkan orang-orang yang dengki.”

Ketua Umum Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Ustaz M Zaaf Fadhlan Rabbani Garamathan menyatakan, apa yang dilakukan Rasulullah saw pada Sya’ban adalah untuk evaluasi diri. Saat mengevaluasi diri, betapa sedikitnya waktu yang dimanfaatkan untuk beribadah.

Terik mentari di siang hari dimanfaatkan untuk menghilangkan dahaga, bukan berpuasa. Malam selalu untuk bertiduran, bukan bertahajud. Suasana pagi bukan untuk berdhuha, melainkan justru untuk berghibah.

“Semua itu harus jadi renungan betapa kita melalaikan waktu-waktu yang tepat untuk berdekatan dengan Allah SWT,” ujar dai yang puluhan tahun berdakwah di pedalaman Nu Waar (Papua).

Rasulullah saw, sambung Ustaz Fadhlan, menyadari harus selalu dekat dengan Allah. Terlebih lagi, di Sya’ban yang jelas-jelas mendekati Ramadhan. Akan sangat sia-sia jika bulan tersebut tidak dimanfaatkan untuk membiasakan diri beribadah.

Ustaz Fadlan mengajak, mari bersihkan diri dari dosa. Jangan terus tenggelam dalam nista sehingga selalu dalam nestapa. Batin yang ada di dalam setiap insan berhak bermunajat dan berdoa.

“Jiwa merindukan kedekatan dengan Allah yang penuh cinta,” katanya. Janganlah hasrat seperti itu menjadi sia-sia. Janganlah menyia-nyiakan Sya’ban hanya untuk dunia yang penuh sandiwara dan nestapa.
Sya’ban momentum tepat evaluasi diri.


Teringat akan sahabat Rasulullah yang tertulis dalam literatur klasik. Mereka semuanya merindukan Ramadhan sejak jauh hari. “Enam bulan sebelum Ramadhan tiba mereka kurangi perkara duniawi,” kata Ustaz Fadlan. Yang menjadi fokus adalah ibadah untuk serasa di alam surgawi.

Beberapa hal dijelaskannya terkait Sya’ban. Pertama, ujar Ustaz Fadlan, hindari, bahkan jauhkan dosa. Hati akan penuh dengan keraguan karena dosa.

Keimanan sulit bertambah karena dosa. Kerinduan akan Ramadhan sirna. Ibadah jauh dari pahala. Sehingga, yang ada hanya sia-sia. “Semua karena dosa. Jauhkan dia,” ujarnya mengingatkan.

Kemudian, perbanyak ibadah sunah. Rasulullah saw sendiri mencontohkan untuk memaksimalkan bangun malam. Ketika sujud, Rasulullah saw melakukannya dengan khusyuk.

Tiada lain yang ingin dicapai, kecuali ridla Allah. “Rasulullah saw yang jelas-jelas diampuni dosanya masih melakukan itu. Kita harus bisa seperti itu,” kata Fadhlan.

Sekretaris Yayasan Pesantren an-Nizhomiyah, Pandeglang, Banten, Ustaz Tubagus Ace Hasan Syadzili menyatakan, Sya’ban adalah bulan ketika amal-amal perbuatan manusia diangkat ke hadirat Tuhan Allah SWT.

Allah SWT yang mengawasi hamba-hamba-Nya, mengampuni mereka yang memohon ampunan, mencurahkan kasih sayang bagi mereka yang mengharapkannya, dan menyingkirkan hamba-hamba-Nya yang bersifat pendengki.

Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai nishfu Sya’ban. Secara harfiah istilah nishfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau 15 Sya’ban.

Kaum Muslimin meyakini pada malam ini dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT. Dan, pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.

Edy nasrul
Redaktur : Damanhuri Zuhri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar