Jumat, 12 Desember 2014

Masjid Teuku Umar; dari Taman Ghairah hingga kolam produk batako

Diantaranya sumbangan dari Gampong Lanteumen Timur, Geucheu Komplek, Geucheu Kayee Jatho dan Geucheu Inem
.
Masjid Teuku Umar atau Masjid Baitul Musyadah.
MASJID ini jauh beda dibandingkan masjid lain di Aceh. Kubahnya berbentuk kupiah meuketop Teuku Umar dan dibangun dengan bentuk persegi lima. Masjid ini dikenal sebagai Masjid Teuku Umar atau Masjid Baitul Musyadah yang terletak di Jalan Teuku Umar, Seutui Banda Aceh.
"Masjid ini sebelumnya bernama Masjid Al Ikhlas," ujar H Abu Bakar Umar, selaku Imam Besar Masjid Teuku Umar kepada ATJEHPOSTcom, Jumat, 12 Juli 2013.
Nama tersebut, kata dia, merujuk pada saat pembangunan rumah ibadah itu yang berasal dari sumbang empat gampong. Diantaranya sumbangan dari Gampong Lanteumen Timur, Geucheu Komplek, Geucheu Kayee Jatho dan Geucheu Inem.
“Masjid ini kita fungsikan pada tahun 1980-an,” ujarnya.
Masjid ini berubah namanya menjadi Masjid Baitul Musyadah saat diresmikan oleh mantan Gubernur Aceh Syamsudin Mahmud.
Pembangunan masjid dengan bentuk segi lima ini semula digagas oleh Ali Hasyimi yang kala itu pernah menjabat sebagai Gubernur Aceh. Bangunan ibadah tersebut dibangun di atas lahan bekas Taman Ghairah atau taman tempat bermain anak muda masa Kerajaan Iskandar Muda. Lahan ini kemudian sempat dikuasai oleh Belanda.
“Dan barulah pada saat negara merdeka lahan ini kembali menjadi milik negara,” kata dia.
Sebelum masjid dibangun di lahan tersebut terdapat kolam dengan kedalaman mencapai 40 meter. Adanya kolam ini disebabkan oleh salah satu pengusaha asal Cina bernama Samkiyo yang ingin mengambil tanah merah untuk membuat batako.
“Gubernur Aceh kala itu Ali Hasyimi mengambil alih kembali lahan ini. Rencananya ia bersama Pangdam saat itu Syamaun Gaharu hendak menjadikan kolam pemandian dengan air dialiri dari Krueng Daroy,” katanya.
Namun rencana untuk menjadikan kolam renang oleh Ali Hasyimi saat itu gagal. Penyebabnya, kolam tersebut lebih tinggi dibanding Krueng Daroy. Akhirnya Ali Hasyimi mengambil inisiatif untuk membangun masjid di lokasi tersebut.
Sementara mengenai bentuk segi lima pada bangunan masjid tersebut berpijak pada rukun Islam lima perkara. “Dan untuk kubahnya juga sengaja digagas menjadi kupiah meuketop karena mengingat Teuku Umar merupakan pahlawan Aceh,” ujarnya.[](bna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar